Begitu banyak buku-buku populer manajemen dan pengembangan diri, sebutlah buku populernya Dale Carnegie, How to Win Friends & Influence People atau John C. Maxwell, 25 Ways To Win With People, atau Stephen R. Covey dengan The 7 Habits of Highly Effective People atau berbagai terbitan Gramedia lainnya seperti “Cara Praktis Meningkatkan Ketrampilan Komunikasi Anda” dan masih banyak lagi judul-judul sejenis.
Bagaimana cara ‘hidup lebih baik’ dengan membina hubungan yang baik dengan orang lain di sekitarnya, itu adalah fokus bahasannya. Bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain, mengasah kepekaan emosional, bertoleransi, selalu bersikap positif, tips-tips cara mendapat dan mempengaruhi teman, cara berkomunikasi yang baik, dengan think win-win, memahami lebih dahulu, maupun bersinergi.
Menariknya, Islam sebagai agama yang sempurna, sudah mengajarkan semua itu, dengan Rasulullah saw sebagai model utamanya. Innama bu’itstu liutammima makaarimal akhlaq, sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq, demikian sabda Rasulullah saw. Akhlaq dalam seluruh bidang kehidupan, bagaimana berinteraksi dengan orang tua, dengan sanak keluarga, dengan tetangga, dan seterusnya.
Nah, berikut ini adalah tips-tips dari Rasulullah saw bagaimana cara berinteraksi dengan sesama muslim.
Pertama, mencintai muslim lain sebagaimana mencintai dirinya sendiri.
”Tidak beriman salah seorang di antara kamu sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari-Muslim)
Kedua, menyukai apa yang disukai muslim lain sebagaimana dirinya menyukai apa yang dia sukai, dan membenci apa yang dibenci muslim lain sebagaimana dirinya membenci apa yang dia benci.
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang dengan sesama mereka seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan baik (sakit) demam dan tidak bisa tidur.” (HR. Bukhari-Muslim)
Ketiga, tidak menyakiti muslim lain dengan perbuatan atau perkataan.
”Seorang muslim adalah orang yang muslim lainnya selamat dari gangguan lidah dan tangannya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Keempat, bersikap tawadhu kepada setiap muslim dan tidak sombong kepadanya.
”Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku hendaklah kamu tawadhu sehingga tidak ada orang yang membanggakan diri kepada yang lain.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Maajah)
Kelima, tidak menyampaikan berita atau gunjingan kepada sebagian yang lain tentang apa yang didengarnya dari sebagian yang lain.
”Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba.” (HR. Bukhari-Muslim)
Keenam, kalau marah, maka tidak boleh mengindarinya lebih dari tiga hari.
”Tidak boleh seorang muslim menghindari saudaranya lebih dari tiga hari, keduanya saling bertemu lalu saling berpaling. Sebaik-baik orang di antara keduanya adalah orang yang memulai mengucapkan salam.” (HR. Bukhari-Muslim)
Ketujuh, melakukan kebaikan kepada setiap muslim semampunya dengan tidak membedakan antara keluarga dan yang bukan keluarga.
”Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah saw tidak pernah berbicara dengan seseorang melainkan beliau menghadapkan wajahnya ke wajah teman bicaranya lalu Rasulullah saw tidak akan berpaling dari wajah seseorang sebelum ia selesai berbicara.” (HR. ath-Thabrani)
Kedelapan, tidak masuk ke rumah muslim lain tanpa meminta izin, jika sampai tiga kali tidak diizinkan maka harus kembali.
”Meminta izin itu tiga kali. Yang pertama untuk menarik perhatian tuan rumah, kedua memperbaiki, dan ketiga agar memberi izin atau menolak.” (HR. Bukhari-Muslim)
Kesembilan, bersikap sopan kepada setiap muslim dengan akhlaq yang baik dan berinteraksi dengan mereka sesuai dengan keadaannya.
”Hindarilah api neraka sekalipun dengan separoh korma. Lalu siapa yang tidak memilikinya, maka dengan perkataan yang baik.” (HR. Bukhari-Muslim)
Kesepuluh, menghormati orang tua dan menyayangi anak-anak.
”Tidak termasuk dalam golongan kami orang yang tidak menghormati orang tua dan tidak menyayangi anak kecil.” (HR. Bukhari dan Abu Dawud)
Kesebelas, selalu memberikan kegembiraan, bermuka manis, dan bersikap lembut kepada semua muslim.
”Tahukah kamu kepada siapa api neraka diharamkan?” Para sahabat menjawab, ”Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Lalu Nabi saw bersabda, ”Kepada orang yang lemah lembut, yang selalu memudahkan, dan selalu dekat (akrab)” (HR. Tirmidzi)
Kedua belas, janganlah berjanji kecuali bermaksud menepatinya.
”Tiga hal ada pada diri orang munafik, apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia mengingkari, dan apabila diberi amanah ia berkhianat.” (HR. Bukhari-Muslim)
Ketiga belas, bersikap adil dan tidak melakukan sesuatu kepada muslim lain kecuali apa yang ia sukai untuk diperlakukan kepada dirinya.
”Siapa yang ingin dijauhkan dari api neraka dan masuk surga maka hendaklah ia mati dalam keadaan bersaksi Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, dan hendaklah ia memperlakukan orang lain dengan sesuatu yang disukainya jika dilakukan pada dirinya.” (HR. Muslim)
Keempat belas, menghormati muslim lain yang penampilan dan pakaiannya menunjukkan kedudukannya sehingga dirinya bisa menempatkannya sesuai dengan kedudukannya.
”Apabila orang dimuliakan suatu kaum datang kepada kamu, maka muliakanlah ia.” (HR. al-Hakim)
Kelima belas, mendamaikan sesama muslim yang bersengketa jika menemukan jalan (penyelesaian) ke arah itu.
”Bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara kamu karena sesungguhnya Allah akan memperbaiki hubungan di antara orang-orang beriman di hari kiamat.” (HR. al-Hakim)
Keenam belas, menutupi aib setiap muslim.
”Siapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim)
Ketujuh belas, menghindari tempat-tempat yang bisa mendatangkan tuduhan demi untuk menjaga hati orang lain agar tidak berburuk sangka dan juga untuk menjaga lidah mereka agar tidak menggunjing.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra bahwasanya Rasulullah saw berbicara dengan salah seorang istrinya kemudian ada laki-laki lewat lalu dipanggil oleh Nabi saw seraya berkata, ”Ya Fulan, ini adalah istriku Shafiyyah.”
Kedelapan belas, memintakan bantuan bagi setiap muslim yang membutuhkan pada orang yang memiliki kedudukan dan berusaha memenuhi kebutuhan saudaranya itu sesuai kemampuannya.
”Sesungguhnya aku diberi dan diminta. Sering dimintakan kepadaku kebutuhan-kebutuhan sedangkan kamu ada di sisiku, maka ikutlah memberi bantuan agar kamu diberi pahala dan Allah swt memutuskan apa yang dicintai-Nya melalui kedua tangan Nabi-Nya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Kesembilan belas, mengucapkan salam terlebih dahulu sebelum berkata kepada muslim lain dan menjabat tangan ketika memberi salam itu.
”Jika salah seorang di antara kamu bertemu dengan saudaranya maka ucapkanlah, ’Assalamu’alaikum warahmatullah.’” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan an-Nasa’i)
”Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu berjabatan tangan melainkan keduanya akan diampunkan (dosanya) sebelum mereka berpisah.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Kedua puluh, menjaga kehormatan jiwa dan harta saudaranya sesama muslim dari kezhaliman orang lain apabila dirinya mampu membela dan menolong serta mampu memperjuangkannya sebab itu merupakan kewajiban baginya.
”Barangsiapa yang membela kehormatan saudaranya maka ia akan terlindung dari api neraka.” (HR. Tirmidzi)
Kedua puluh satu, menjawab ucapan muslim lain yang bersin.
”Seorang muslim yang bersin dijawab jika ia bersin tiga kali dan jika (lebih dari tiga kali) maka itu adalah penyakit flu.” (HR. Abu Dawud)
Kedua puluh dua, memberi nasihat kepada setiap muslim dan bersungguh-sungguh ingin selalu memberikan kegembiraan ke dalam hati setiap muslim itu.
”Sesungguhnya salah seorang di antara kamu adalah cermin bagi saudaranya, jika ia melihat sesuatu (pada saudaranya) maka hendaklah ia membersihkannya.” (Hr. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Kedua puluh tiga, menjenguk muslim yang sakit.
”Siapa yang menjenguk orang sakit berarti ia duduk di taman-taman surga, sampai-sampai jika ia hendak berdiri, maka ditugaskan tujuh puluh ribu malaikat yang mendoakannya sampai malam hari.” (HR. al-Hakim)
Kedua puluh empat, mengantar (mengiringi) jenazah muslim yang meninggal.
”Barangsiapa yang mengantar jenazah maka akan mendapatkan pahala satu qirath. Jika ia berdiri sampai jenazah itu dikubur maka ia mendapatkan pahala dua qirath.” (HR. Bukhari-Muslim)
”Satu qirath seperti (berat/besarnya) bukit Uhud.” (HR. Muslim)
Kedua puluh lima, menziarahi kuburan muslim.
”Aku belum pernah melihat pemandangan yang lebih menakutkan dari kuburan.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Maajah, al-Hakim)
Maraji’: Tazkiyatun Nafs, Sa’id Hawwa
Posting Komentar